Sabtu, 14 September 2013

Tiga dan Itu Mustahil

Mencintai orang biasa saja bukan? Dengan melihat matanya, sentuhan tanganya, dan genggaman serta perlindungan hangatnya. Itu biasa bukan? Tapi bagaimana jika 3 hal tadi itu dilakukan kan oleh orang-orang yang berbeda. Dilakukan oleh 3 pria? Bagaimana?
Mencintai 3 pria?.. bukan, aku tidak mengerti arti cinta itu
Hanya menyayangi.. ya hanya menyayangi 3 pria itu baru benarr
Sungguh aku benar-benar sekarang tambah tidak mengerti dengan kehidupan yang aku jalani. Aku benar-benar tidak tahu perasaan yang kurasa ini. Jujur aku telah lelah dengan perasaan masa lalu ku dulu, ditambah lagi dengan perasaan sekarang yang kurasa. Aku benar-benar-benar lelah tuhan. Kapan aku bisa tenang? Aku ingin seperti mereka yang tidak terlalu memikirkan perasaannya.
Bahkan dengan sekarang aku telah sedikit demi sedikit melupakan masa laluku... membuka hati kembali... memulai kehidupanku... mencerna kembali arti sebuah perasaan.... menghapus satu demi satu memori itu.... membiarkan semuanya berjalan seperti adanya... tidak banyak mengeluh dengan semuanya... membiarkan orang melalui kehidupanku... dan sekarang apa yang terjadi??? 3 pria sekaligus masuk dalam perasaan dan juga fikiranku!!!! 3 pria? Tuhan, apakah kau bercanda? Membiarkan semua ini terjadi? Membiarkan aku mengukir nama mereka didalam ruang hati ini? Tuhan, sungguh aku tidak mengerti.. mengapa kau biarkan aku hanyut dalam rasa kesepianku? Aku lelah tuhan.. benar-benar-benar lelah.
Aku tahu tuhan, dulu akulah yang meminta kepadaMu agar hidupku lebih berwarna. Memang berwarna, lebih berwarna dari yang kupinta. Aku bersyukur. Tapi semua ini membuatku semakin lelah. Kenapa tidak? 3 pria yang kusayangi itu, yang telah menguasai dan menempati perasaan dan juga fikiranku ini adalah sosk-sosok pria yang tidak mungkin bisa kuraih, tidak mungkin bida ku genggam dan takkan muungkin bisa bersamaku. Sekarang, apa yang harus kulakukan tuhan? Kau pasti tahu... karna Kau maha tahu:)
3 pria? Ya, 3 pria.. sempurna bukan hidupku? Hahaha sesuatu yang sangat tidak mungkin bagi seorang wanita. Aku mneyayangi meraka.. tapi mereka? Aku sendiri tidak tahu apa yang mereka fikirkan saat didekatku.. apakah mereka bahagia, apakah mereka juga memikirkanku.. apakah mereka juga menginginkanku seperti aku menginginkan mereka.. sudahlah, tak bisa aku menerkanya.
Pria pertama.. anggap saja namanya ilham. Ini hanya nama samaran. Dia adalah teman adik sepupuku. Dia adik kelasku juga. Aku tidak begitu tahu tentang dirinya. Yang aku tahu juga dia adalah adik dari temannya temanku. Dia baik sekali. Senyumannya membuat aku juga ikut tersenyum. Terlebih lagi matanya. Setiap kali aku menatap matanya.. oh tuhaan.. tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Ini kali pertamanya aku menyayangi orang yang lebih muda dibanding aku. Dia tidak pernah menyentuhku, tetapi tatapan matanya itu membuatku nyaman menatapnya.
Pria kedua.. anggap saja namanya heru. Ini juga nama samaran. Dia adalah temanku. Teman sekelasku. Aku mengenalnya dengan baik. Pria yang baik yang juga selalu membuatku tertawa bila didekatnya. Disampingnya aku merasa nyaman. Kami sering berdua, bagaimana tidak? Karna kami sekelas. Dulu kedekatan ku dengannya hanya kuanggap sebatas teman dan tidak lebih.. tapi lama kelamaan kedekatan ini membuatku canggung berdada didekatnya. Terlebih.. terlebih saat, saat dia menyentuh tanganku. Tangan kami sering bergenggaman. Saling mengukir nama ditangan itu. Dia juga sering melingungiku. Tapi ntahlah.. aku tidak mengerti dengan arti sikap itu. Sikap itu ditunjukkannya hanya saat didalam kelas. Tapi diluar kelas? Aku tidak tahu, karna diluar kelas aku jarang bertemu dengannya. Aku harap ini hanya sikap sebagai teman. Ya, begitulah dan tidak lebih. Karnpa apa? Aku tidak ingin membuatku canggung diantara teman-teman pria sekelasku yang lainnya. Karna aku bersamanya. Aku tidak ingin. Cukup dengan keadaan seperti ini, walau itu semua menyiksa perasaanku juga.
Pria ketiga... anggap saja namanya guntur. Dia bukan adik kelasku, juga bukan teman sekelasku. Kami memang satu sekolah. Aku sangat-sangat-sangat mengenalnya. Bagaimana tidak? Dia adalah teman baikku. Tapi hanya baru sekarang dekatnya. Dia idiot. Cukup dengan kata “idiot” itu aku mengenalnya. Dia berbeda dengan pria lainnya. Menurutku. Kenapa aku menyayanginya? Karena genggamannya dan perlindungan hangatnya kepadaku. Ini rahasia. Tapi dia selalu menggenggamku.. kemana saja dia selalu memegangiku. Dia juga selalu melindungiku dengan hangatnya aku bisa merasa nyaman bersamanya. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan sikapnya kepadaku.. tapi menurutku aku merasa terlindungi, sama seperti dulu, saat bersama mantanku. Aku menyayanginya. Aku juga ingin dia menyayangiku, tapi hanya sebatas teman. Cukup sebatas teman. Aku tidak ingin canggung saat bersamanya. Aku tidak ingin dia menganggap lebih dariku. Tidak ingin, tuhan. Walau itu menyakitkan hatiku.
Ketiga pria itu.. aku memang menginginkan mereka. Cukup berada disisiku selalu, itu sudah membuatku bahagia. Aku mencoba berfikir positif tentang bagaimana sikap mereka terhadapku. Ilham hanya menganggapku kakak kelas yang dia segani. Heru hanya menganggapku sebaai teman atau sahabatnya. Dan guntur hanya menganggapku sebagai sahabat atau bahkan adik perempuannya. Ya, cukup sebatas itu, aku sudah bahagia berada disisi pria-pria ku itu. Memang sakit, tapi akan lebih sakit lagi bila hubungan ini lebih dari yang sekarang ini. Akan sangat-sangat-sangat sakit malah. Maka itu, aku akan mencoba untuk menjalaninya seperti biasa, tanpa mengatur jarak diantara mereka. Aku yakin, perasaan ini sedikit demi sedikit akan hilang bersamaan dengan kedekatan kami. Contoh saja temanku, anggap saja namanya cacha. Ya, begitu banyak pria didekatnya.. malah rata-rata temannya adalah pria-pria. Tapi kenapa bisa dia menjalaninya, tanpa menganggap lebih tentang sikap pria-pria itu kepadanya? Kenapa bisa? Inilah yang ingin kucoba. Seperti cacha. Tapi tidak untuk menjadi diri cacha.
Hanya itu


Untuk Kau "Ayah"

Ayah..
Ingatkah kau dulu? Kau yang dulu adalah orang yang selalu menyayangi dan melindungi ku.. aku begitu ingat semua kejadia yang kulalui bersamamu. Betapa tidak, kau dulu adalah orang yang sangat teramat kusayangi dan kuhargai.
Aku ingat, dulu.. kau selalu ada disisiku saat kubutuh. Kau bahkan rela menampar anakmu sendiri yang kusebut “abangku” karena dia telah membuatku menangis, padahal dulu aku hanya berpura-pura menangis. Padahal dulu itu dia tidak sama sekali menyakitiku.. dia juga menyayangiku sama seperti kau, tetapi dia selalu memperlihatkan kasih sayangnya dengan selalu mempermainkanku. Karena aku lelah dulu.. makanya aku menangis ayah.
Aku juga ingat.. dulu.. diantara kita sama sekali tidak ada rahasia. Aku selalu mennceritakan masalahku kepadamu, juga hari-hariku. Dulu.. bahkan bunda saja juga tidak tahu beberapa rahasia yang kita miliki. Aku membatasi diri kepada bunda, karena kupikir bunda juga lelah menghadapi 3 anaknya yang lain. Makanya aku jarang menceritakan segala hal kepada bunda..
Aku juga ingat, dulu.. ayah juga sering mengantar jemputku disekolah, setiap hari malah. Aku selalu kau gendong setiap pulangnya. Walau itu hanya berlangsung sampai aku sd, tidak saat smp. Lalu kau ingat juga tidak? Setiap pulang kerja, setiap malam.. baru diambang pintu.. kau langsung memanggil namaku ayah selalu. Apalagi saat kau berpergian jauh dan tidak pulang selama beberapa hari. Kau rindu aku, aku pun juga rindu kau. Aku ingat, saat kau memanggil namaku, aku selalu berlari menghampirimu dan kau mengembangkan kedua tangan mu untuk menangkapku, lalu kau menggendongku, kadang memperlihatkan sesuatu yang kau bawa dari luar. Kau tidak pernah melupakanku. Bahkan seseorang yang kusebut “kakakku” merasa iri kepadaku, karena ayah hanya mengingat ku dan tidak mempedulikannya. Berulang kali ayah menjelaskannya kepada kakak, agar dia mengerti. Tapi aku tidak tau, apa yang telah dijelaskan ayah.
Aku ingat, dulu.. waktu aku telah beranjak remaja, saat aku memasuki smp, ayah masih tetap menyayangiku. Walau saat itu telah ada sedikit jarak diantara kita. Tapi ayah tetap meluangkan waktunya demi aku. Selalu. Terlebih saat aku ada masalah. Padahal aku tau, saat itu ayah sedang sibuk-sibuknya. Tapi aku selalu menganggunya. Aku juga bangga saat pembagian rafor. Kenapa? Bukan karena aku selalu mendapat juara, bukan. Tapi karena ayah lah yang selalu datang mengambilnya. Selalu diluangkannya waktu, padahal dia tau, aku tidak akan pernah membuatnya bangga dengan nilaiku yang standar. Kenapa aku bangga? Karna aku melihat teman-temanku yang mengambilkan rafornya adalah ibu.. tapi tidak dengan aku. Ayahlah yang selalu mengambilnya. Dirumah pun, kadang ayah mengada-ada cerita tentang nilaiku kepada ibu. Dia membuat seola-olah aku ini membanggakan. Ya, itulah ayah. Aku selalu menyayanginya dan akan terus menghormatinya.
Tapi saat itu tiba.. saat dimana semuanya berubah. Saat adikku lahir. Semuanya berubah. Tidak seperti dulu.. lagi. Ayah lebih memperhatikan adikku itu. Sangat menyayanginya. Aku iri, aku tidak ingin semua berubah. Dia “adikku” mengambil posisiku itu. Aku tidak rela. Tapi... ayahlah yang berubah. Semakin jauh jarak diantara kita. Ayah semakin jarang memperhatikanku. Berkomunikasipun jarang. Seadanya. Sampai suatu saat.. saat aku dimarahinya.. dihardiknya.. diacuhkannya.. sebenarnya aku telah biasa dengan sikap itu karena bunda. Tapi ini... ayah...
Aku tidak biasa diperlakukan seperti itu oleh ayah, sungguh.. aku tidak bisa.. saat itu aku menangis. Seolah-olah ayah melakukan kekerasan terhadapku. Bahkan kakakku sendiri saja mengatakan aku terlalu berlebihan sampai menangis. Kadang aku berfikir, kenapa bunda melakukan hal yang sama seperti ayah aku tidak menangis? Tapi saat ayah melakukannya aku menangis.. kenapa? Saat itu aku benar-benar melihat perubahan ayah. Ayahku yang dulu... telah berubah. Apa karena adikku?
Dan tibalah saat itu.. saat dimana aku tidak lagi melihat ayahku yang dulu.. saat pembagian rafor. Aku ingat, dulu tanpa aku minta, ayah yang datang kesekolah menjemput raforku. Tapi saat itu aku memohon untuk ayah datang.. dan ayah tidak ada waktu. Bunda pun saat itu juga sama tidak ada waktu. Aku muak, dan aku tidak peduli. 2 kali penerimaan raforku yang terakhir bukanlah orangtuaku yang menjemutnya. Yang perrtama adalah adik mamaku. Dan yang kedua adalah abangku.
Jujur aku tidak sanggup, tapi kakakku mengatakan sesuatu hal kepadaku. Sesuatu hal yang membuatku dapat mencoba untuk memulai semuanya tanpa kasih sayang ayah lagi. Semua orang memang akan berubah. Begitu juga aku dan.. ayah. Hidup ini memang keras. Dan ini adalah saat yang baru dinamakan kehidupan dalam hidupku selama ini. Tanpa kasih sayang ayah, hidupku tidak akan berhenti sampai disini. Akan kubuat ayah memandang ku lagi, tapi tidak seperti dulu.. tidak seperti anak yang dalam gendongannya dulu.. ayah akan melihat anaknya yang tersenyum bahagia mencapai kesuksesan untuk membahagiakan ayah dan bundanya.. aku berjanji ayah.

 :)

Wanita Dikegelapan

Suatu saat, aku melihat sesosok wanita dikegelapan itu.. wanita yang dulu, wanita yang terlebih dahulu jatuh ditempat ini. Bukankah... bukankah dia sudah pergi dan menghilang dari tempat ini?  Bukankah begitu yang telah terjadi? Tuhanku, apa yang sebenarnya terjadi tuhan? Apa rencanamu sebenarnya, aku yakin Kau tahu semua ini bukan? Sungguh tuhan aku tidak mengerti.. sungguh.
Dia tidak menghilang, sesosok wanita yang kukenali itu tidak pernah menghilang dari tempat ini.. tidak pernah. Aku lah yang telah melupakannya karena terlalu bahagia dengan cahaya indah itu, sehingga melupakannya yang selalu melihatku, yang sebenarnya telah mengambil posisinya. Aku melupakannya, dan dia tidak pernah menghilang.
Perlahan demi perlahan cahaya itu datang, tapi bukan kepadaku lagi.. namun pada sesosok wanita yang kukenali itu. Aku melihatnya, tapi aku tidak dapat berbuat apapun. Aku hanya dapat melihat. Aku ingin rasanya merebut cahaya itu darinya, tapi mungkinkah? Mungkinkah aku dapat tega merebutnya kembali, untuk yang kesekian kalianya? Itu tidak akan mudah dan tidak akan pernah mudah untuk kulakukan. Pertama karna aku tidak yakin cahaya itu ingin bersama ku kembali setelah goresan yan telah kuukir diruangan itu? Kedua sebagai wanita, aku juga tidak akan pernah tega pada wanita itu. Sebab dia adalah temanku. Bagiku cukup sekali aku menyakitinya. Cukup
Aku mencoba membiarkannya mengambil lagi yang memang hak nya. Dia pantas memiliki cahaya itu. Karna menurutku dia dan cahaya itu memang berjodoh. Mengapa tidak bersama ku saja cahaya itu kembali, mengapa? Karna memang dia bukanlah takdirku.. cahaya itu.. sebenarnya aku menginginkannya. Ternyata melihat wanita itu kembali memiliki cahaya indah itu dikejauhan membuatku sangat sakit, entah itu dari mana datang sakitnya. Aku terasa sesak bernafas saat itu, sesak sekali. Aku kehilangan udara diruangan itu. Melihat sang cahaya indah berusaha kembali pada wanita itu aku merasa mereka memang.. memang, entahlah.  Aku sendiri sampai tidak bisa berfikir dan merasakan apa yang kurasa sebenarnya.
Wanita itu.. dia adalah temanku. Aku ingin dia bahagia. Kenapa? Karena dulu aku pernah merebut kebahagiaanya. Sekarang apa yang kulakukan? Mau merebut kebahagiaannya lagi? Begitu? Aku berjanji tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi untuk yang kesekian kalinya. Entah kenapa aku ingin dia bahagia. Entah perasaan itu dari mana munculnya, aku juga tidak tahu. Dari awal aku merebut cahaya indah itu, telah muncul perasaan itu terhadapnya. Sampai detik ini aku hanya menyimpulkan itu hanya perasaan bersalahku terhadapnya.
Berfikirlah.. sekarang aku hanya bisa diam dan melihat cahaya indah yang dulu sempat kurebut dan bersamaku dengan bahagia yang kurasa kini telah kembali kepada sesosok wanita yang kukenali itu.. memang, memang sebenarnya itu adalah hak nya. Apa yang dapat kulakukan sekarang tuhan? Bunda dimana kau? Ayah, apa sebenarnya yang terjadi? Aku menginginkan cahaya itu kembali, menemaniku dikegelapan ini.. aku membutuhkannya. Tapi aku tidak bisa biarkan wanita yang kukenali itu menderita kembali sama seperti ku sekarang. Aku tidak menginginkannya bersedih, entah kenapa. Aku ingin dia juga bahagia. Tapi tuhan, bunda, ayah........ bagaimana denganku? Apa yang kulakukan sekarang? Aku juga sakit disini, menderita dengan perasaan ini, bahkan juga korban dalam kecelakaan ini. Apa aku harus membiarkan nya bahagia bersama cahaya indah itu, sedangkan aku disini bersedih dengan kegelapan ini? Ya tuhan, bunda, ayah bantu aku.. ku mohon....
Namun dulu? Dulu.. bagaimana bisa sesosok wanita yang kukenali itu dapat bertahan melihatku bahagia bersama cahaya indah yang telah kurebut darinya? Bagaimana bisa? Sedangkan dia juga tahu aku adalah temannya.. aku merampas kebahagiaan yang seharusnya menjadi hak nya, aku menyingkirkan wanita itu dari posisinya, aku membiarkannya melihatku dengan kegelapan itu, bahkan aku mempertontonkan kepadanya bgaimana aku bisa bahagia bersama cahaya indah itu.. bagaimana aku dapat melakukan semua itu? Bagaimana bisa? Didepannya? Tanpa sepengetahuanku dia menderita.. aku membiarkannya tercampakkan dan aku melupakannya.. itulah yang telah kulakukan terhadapnya. Sesuatu yang telah diluar kendaliku.. itulah yang selalu kulakukan bila bersama cahaya itu. Sejahat itukah aku selama ini? Menikung temannya sendiri? Pantaskah aku disebut “teman”?
Sekarang, setelah lama aku berfikir untuk semua ini, akhirnya aku menemukan jawaban untuk semua pertanyaan bodohku itu. Aku tidak tahu apakah yang kulakukan ini akan benar atau tidak, karena itu hanya tuhanlah yang tahu. Sekarang aku hanya akan melakukan sesuatu yang menurutku adalah benar. Dari awal itu bukanlah cahaya indah kepunyaanku, itu adalah milik wanita itu, temanku. Aku merebutnya. Aku bahkan membiarkan wanita itu menderita. Bahkan aku melupakannya. Cahaya indah itu tidak bisa kukendalikan. Bersama cahaya indah itu aku banyak melupakan segala hal. Lalu apa? Aku bahkan menggoreskan luka pada ruangan itu. Aku menginginkan cahaya itu karena aku membutuhkannya. Bukan untuk menikmati cahaya yang indah itu. Aku hanya butuh cahaya untuk kegelapan yang kubenci ini. Inilah yang salah pada diriku, aku memikirkan diriku sendiri. Aku egois, aku pun juga munafik. Aku tahu itu. Dan sekarang... wajarlah aku mendapatkan pembalasan dari segala yang telah kuperbuat. Itu biasa disebut orang adalah “karma”. Ya, karma. Aku bahkan tidak mengerti akan hal itu. Tidak, sama sekali tidak mengerti. Jujur, aku tidak percaya dengan karma, tapi itu sebenarnya adalah takdirku. Ya, anggap saja aku percaya. Ya, karma. Aku telah bersalah pada wanita yang kusebut “temanku” dan ruangan ini. Aku tidak sepantasnya disini. Tapi bagaimana aku bisa keluar? Aku ingin keluar dari sini. Aku harus pergi dari tempat ini. Karna aku juga menginginkan wanita itu bahagia sepenuhnya, tanpa ada yang dipedulikannya. Karna wanita itu melihatku.. aku tidak tahu apa yang difikirkannya. Tapi aku yakin dia juga ingin bahagia bersama cahaya itu kembali. Jujur, aku telah tersenyum. Tapi wanita itu tidak melihat senyumanku. Dia masih ragu untuk menjangkau cahaya indah itu. Aku memutuskan untuk pergi juga karena aku tidak ingin menderita didalam ruangan idengan kegelapan, aku membencinya. Aku benci ruangan ini. Kenapa? Karena sampai sekarang ruangan tidak meperlihatkan pintu keluar dari sini. Ruangan masih menyembunyikannya. Ruangan ini tidak membiarkanku pergi. Kalau hanya dengan diam dan melihat bersama kegelapan saja, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa keluar dari sini dan mendapatkan cahaya yang lebih indah yang akan lebih bahagia lagi. Aku harus melakukan sesuatu hal. Ya, harus. Tapi.. apa? Bahkan aku sendiri tidak tahu aku berada diposisi mana dari ruangan ini.. lalu bagaimana aku bisa menemukan jalan?
Aku percaya kata hatiku.. kata “hanya waktu yang dapat menemukan jalannya, terus dan teruslah berjalan.. karena jalan itu ada. Akan ada. Ya, ada.”


*tamat

cahaya indah bersama goresan

17 agustus 2013

Tuhan.. kepada siapa sekarang aku bisa mengadu semua yang kurasa? Telah kucoba tuk mengadu pada mereka, yang katanya adalah “sahabatku” tapi sepertinya mereka tidak pernah mengerti dengan apa yang telah terjadi dihidupku..
Percuma rasanya aku bercerita, sia-sia rasanya aku mengeluh dan tak ada yang dapat mereka dapat katakan kecuali “sabar” dan “terserah padamu mes”.. hanya itu? Anak tk pun menurutku dapat juga mengatakan yang hal itu. Yah sudahlah, tidak pula dapat aku menyalahkan mereka dalam keadaan seperti ini. Karna apa? Karena mereka memang tidak pernah berada diposisiku sekarang ini bukan? Ya, tentu. Karna menurutku diantara kami ber-8 hanya aku yang terlalu rumit dalam menjalani kisah cinta yang bahkan menurutku tidak akan ada ujung ceritanya. Padahal Kau tau tuhan.. ini adalah awal aku menjalani nya. Memang, Kau akan pasti tahu semua tentangku...
bunda... anakmu yang 16 tahun lalu engkau lahirkan ternyata sudah beranjak dewasa bunda. Kau mungkin tidak akan pernah tahu perasaanku saat ini, karna sejak kecil aku sudah memulai membatasi diri terhadapmu, membatasi semua yang kau tahu akan kegiatan-kegiatan yang kulakukan selama ini, bahkan banyak kebohongan saat kau selalu bertanya “bagaimana harimu nak?” jawaban yang singkat “baik-baik saja kok bunda..” yang kuberikan kadang kepadamu. Aku berfikir tidak ingin menambah bebanmu lagi bunda itulah tekadku, terlebih bila kau tahu apa yang sedang dialami anakmu sekarang ini bunda.. bila kau tahu, aku yakin siapapun ibu yang tahu anaknya mengalami kesulitan pasti akan sedih, terlebih melihat masalahku ini, aku yakin bahwa kau akan menangis.. itulah yang tidak ingin kulihat selama hidupku, tidak ingin melihatmu menangis terlebih didepanku apalagi karenaku bunda.....
ayah... kau tahu bukan? Anak yang dulu selalu kau manjakan ini sekarang ternyata telah dewasa yah.. bagaimana tidak, ah sudahlah tak usah dibahas. Karena semua orang juga tahu itu kenapa. Ayah, aku ingin sekali mengadu padamu, seperti dulu saat aku terjatuh dari sepeda.. aku menangis dan mencari perutmu, bukan pundakmu untuk menangis karna kau tahu dulu bahkan tinggiku tidak melebihi dadamu ayah.. kali ini aku memang terjatuh lagi ayah, tapi bedanya bukan lagi dari sepeda.. aku terjatuh pada hati seseorang. Ayah kau tahu tidak? Aku terperangkap didalamnya ayah, gelap, ayah tahu bukan aku tidak menyukai kegelapan itu.. aku ingin menangis bahkan berteriak ayah, aku telah berusaha mencarimu, selalu.. tapi aku tersesat disana ayah. Aku tidak bisa menemukanmu.. tidak bisaa..
tuhan, ibu, dan ayah...
kalian tahu? Sayangnya aku tidak terperangkap sendirian disana, tapi bersama seseorang yang telah terjatuh terlebih dahulu dibandingkan aku.. itulah yang menyebabkan aku terluka, sangat sangat terluka. Bagaimana tidak? Awalnya aku berharap hanya akulah yang akan memiliki ruangan itu, tempat itu adalah aku yang menguasai.. tapi ternyata tidak. Yang terlebih pedih lagi, aku mengenal sosok itu, seorang wanita tuhan.. seorang wanita bun.. seorang wanita yah.. dia adalah teman ku sendiri. Memang tidak terlalu dekat, tapi aku teramat tidak menyangka bahwa dunia ini sangatlah sempit. Mengapa harus bersamanya? Dan mengapa harus dia yang terlebih dahulu terjatuh? Tuhan aku sakit, bunda tolong aku, ayah bantu anakmu ini...
tidak terbesit sama sekali diotakku akan menguasai tempat itu sendirian dan mencampakan sesosok wanita itu.. tidak pernah, dan tidak akan pernah. Namun wanita itulah yang tiba-tiba menghilang. Awalnya aku takut berada ditempat itu sendirian, takut. Maka dari itu aku memilih untuk memojok dan berdiam diri diruangan itu. Sebenarnya tempat itu tidak ada ujung, apalagi pojokan, itu hanya ada dalam fikiran ku. Anggap saja ada. Ya ada.
Lama, tapi tidak terlalu lama memang, sipemilik ruangan itu datang memanggilku dan memberikan sebuah cahaya keindahan didalam ruangan yang sempat kubenci itu. Indah sangat indah tuhan, bunda, ayah.. indah sekali. Sekali itu aku melihat cahaya yang menentramkan dan memberikan keindahan dihidupku.. dulu, dulu aku ragu menerima cahaya itu, karna aku takut cahaya itu akan pergi lagi dan membiarkanku dalam kesendirian lagi. Tapi dia menjanjikan cahaya itu akan selalu bersamaku. Aku menerimanya, karna aku membutuhkannya. Itulah yang kupikirkan.
Dugaanku benar, tidak lama, tapi sedikit agak lama. cahaya itu mulai hilang kembali.. perlahan tapi pasti. Aku yakin. Karna ketakutan ku itu, aku membuat suatu kesalahan, kesalahan yang saat itu ku pikir benar. Aku meggoreskan sebuah luka diruangan itu, sehingga membuat sipemilik ruangan marah dan menghilang bersama cahaya yang telah menemaniku beberapa bulan itu, cahaya indah itu menghilang tuhan, bunda, ayah... menghilang.
Aku berdiri lama dan sangat lama diruangan itu. Aku ingin beranjak tapi aku takut.. gelap, gelap sekali. Aku ingin keluar tuhan, bunda tolong aku, ayah bantulah anakmu... aku berharap ada suatu keajaiban dimana goresan itu bisa menghilang dan sipemilik ruangan datang kembali bersama dengan cahaya indah itu.. itu yang saat ini aku harapkan..
Berbulan-bulan lamanya, aku melupakan sesuatu.. bukan, tapi seseorang.. dia dulu bersama ku disini, dia yang terlebih dulu terjatu didalam tempat ini. Bagaimana dia bisa menghilang dan keluar dari tempat ini? Bagaimana? Kenapa dia bisa? Akupun yakin aku dapat keluar dari sini seperti dia.. hanya waktu yang dapat menjawab semua itu menurutku, sama seperti waktu itu aku masuk dan wanita itu menghillang. Aku yakin dapat keluar bila datang seseorang yang terjatuh lagi disini.
Aku menunggu saat itu.. amat teramat menunggu.. namun tidak ada yang datang..
Tapi aku yakin akan ada yang datang menggantikanku disini. Dan juga akan ada cahaya indah baru yang menjemputku.. aku yakini itu!:)


Berlanjut...... 
 

Blog Template by YummyLolly.com