17 agustus 2013
Tuhan.. kepada siapa sekarang aku bisa mengadu semua yang
kurasa? Telah kucoba tuk mengadu pada mereka, yang katanya adalah “sahabatku”
tapi sepertinya mereka tidak pernah mengerti dengan apa yang telah terjadi
dihidupku..
Percuma rasanya aku bercerita, sia-sia rasanya aku mengeluh
dan tak ada yang dapat mereka dapat katakan kecuali “sabar” dan “terserah
padamu mes”.. hanya itu? Anak tk pun menurutku dapat juga mengatakan yang hal
itu. Yah sudahlah, tidak pula dapat aku menyalahkan mereka dalam keadaan
seperti ini. Karna apa? Karena mereka memang tidak pernah berada diposisiku
sekarang ini bukan? Ya, tentu. Karna menurutku diantara kami ber-8 hanya aku
yang terlalu rumit dalam menjalani kisah cinta yang bahkan menurutku tidak akan
ada ujung ceritanya. Padahal Kau tau tuhan.. ini adalah awal aku menjalani nya.
Memang, Kau akan pasti tahu semua tentangku...
bunda... anakmu yang 16 tahun lalu engkau lahirkan ternyata
sudah beranjak dewasa bunda. Kau mungkin tidak akan pernah tahu perasaanku saat
ini, karna sejak kecil aku sudah memulai membatasi diri terhadapmu, membatasi
semua yang kau tahu akan kegiatan-kegiatan yang kulakukan selama ini, bahkan
banyak kebohongan saat kau selalu bertanya “bagaimana harimu nak?” jawaban yang
singkat “baik-baik saja kok bunda..” yang kuberikan kadang kepadamu. Aku
berfikir tidak ingin menambah bebanmu lagi bunda itulah tekadku, terlebih bila
kau tahu apa yang sedang dialami anakmu sekarang ini bunda.. bila kau tahu, aku
yakin siapapun ibu yang tahu anaknya mengalami kesulitan pasti akan sedih,
terlebih melihat masalahku ini, aku yakin bahwa kau akan menangis.. itulah yang
tidak ingin kulihat selama hidupku, tidak ingin melihatmu menangis terlebih
didepanku apalagi karenaku bunda.....
ayah... kau tahu bukan? Anak yang dulu selalu kau manjakan
ini sekarang ternyata telah dewasa yah.. bagaimana tidak, ah sudahlah tak usah
dibahas. Karena semua orang juga tahu itu kenapa. Ayah, aku ingin sekali
mengadu padamu, seperti dulu saat aku terjatuh dari sepeda.. aku menangis dan
mencari perutmu, bukan pundakmu untuk menangis karna kau tahu dulu bahkan
tinggiku tidak melebihi dadamu ayah.. kali ini aku memang terjatuh lagi ayah,
tapi bedanya bukan lagi dari sepeda.. aku terjatuh pada hati seseorang. Ayah
kau tahu tidak? Aku terperangkap didalamnya ayah, gelap, ayah tahu bukan aku
tidak menyukai kegelapan itu.. aku ingin menangis bahkan berteriak ayah, aku
telah berusaha mencarimu, selalu.. tapi aku tersesat disana ayah. Aku tidak
bisa menemukanmu.. tidak bisaa..
tuhan, ibu, dan ayah...
kalian tahu? Sayangnya aku tidak terperangkap sendirian
disana, tapi bersama seseorang yang telah terjatuh terlebih dahulu dibandingkan
aku.. itulah yang menyebabkan aku terluka, sangat sangat terluka. Bagaimana
tidak? Awalnya aku berharap hanya akulah yang akan memiliki ruangan itu, tempat
itu adalah aku yang menguasai.. tapi ternyata tidak. Yang terlebih pedih lagi,
aku mengenal sosok itu, seorang wanita tuhan.. seorang wanita bun.. seorang
wanita yah.. dia adalah teman ku sendiri. Memang tidak terlalu dekat, tapi aku
teramat tidak menyangka bahwa dunia ini sangatlah sempit. Mengapa harus
bersamanya? Dan mengapa harus dia yang terlebih dahulu terjatuh? Tuhan aku
sakit, bunda tolong aku, ayah bantu anakmu ini...
tidak terbesit sama sekali diotakku akan menguasai tempat
itu sendirian dan mencampakan sesosok wanita itu.. tidak pernah, dan tidak akan
pernah. Namun wanita itulah yang tiba-tiba menghilang. Awalnya aku takut berada
ditempat itu sendirian, takut. Maka dari itu aku memilih untuk memojok dan berdiam
diri diruangan itu. Sebenarnya tempat itu tidak ada ujung, apalagi pojokan, itu
hanya ada dalam fikiran ku. Anggap saja ada. Ya ada.
Lama, tapi tidak terlalu lama memang, sipemilik ruangan itu
datang memanggilku dan memberikan sebuah cahaya keindahan didalam ruangan yang
sempat kubenci itu. Indah sangat indah tuhan, bunda, ayah.. indah sekali.
Sekali itu aku melihat cahaya yang menentramkan dan memberikan keindahan
dihidupku.. dulu, dulu aku ragu menerima cahaya itu, karna aku takut cahaya itu
akan pergi lagi dan membiarkanku dalam kesendirian lagi. Tapi dia menjanjikan
cahaya itu akan selalu bersamaku. Aku menerimanya, karna aku membutuhkannya.
Itulah yang kupikirkan.
Dugaanku benar, tidak lama, tapi sedikit agak lama. cahaya
itu mulai hilang kembali.. perlahan tapi pasti. Aku yakin. Karna ketakutan ku
itu, aku membuat suatu kesalahan, kesalahan yang saat itu ku pikir benar. Aku
meggoreskan sebuah luka diruangan itu, sehingga membuat sipemilik ruangan marah
dan menghilang bersama cahaya yang telah menemaniku beberapa bulan itu, cahaya
indah itu menghilang tuhan, bunda, ayah... menghilang.
Aku berdiri lama dan sangat lama diruangan itu. Aku ingin
beranjak tapi aku takut.. gelap, gelap sekali. Aku ingin keluar tuhan, bunda
tolong aku, ayah bantulah anakmu... aku berharap ada suatu keajaiban dimana
goresan itu bisa menghilang dan sipemilik ruangan datang kembali bersama dengan
cahaya indah itu.. itu yang saat ini aku harapkan..
Berbulan-bulan lamanya, aku melupakan sesuatu.. bukan, tapi
seseorang.. dia dulu bersama ku disini, dia yang terlebih dulu terjatu didalam
tempat ini. Bagaimana dia bisa menghilang dan keluar dari tempat ini?
Bagaimana? Kenapa dia bisa? Akupun yakin aku dapat keluar dari sini seperti
dia.. hanya waktu yang dapat menjawab semua itu menurutku, sama seperti waktu
itu aku masuk dan wanita itu menghillang. Aku yakin dapat keluar bila datang
seseorang yang terjatuh lagi disini.
Aku menunggu saat itu.. amat teramat menunggu.. namun tidak
ada yang datang..
Tapi aku yakin akan ada yang datang menggantikanku disini.
Dan juga akan ada cahaya indah baru yang menjemputku.. aku yakini itu!:)
Berlanjut......
0 komentar:
Posting Komentar