Sabtu, 14 September 2013

cahaya indah bersama goresan

17 agustus 2013

Tuhan.. kepada siapa sekarang aku bisa mengadu semua yang kurasa? Telah kucoba tuk mengadu pada mereka, yang katanya adalah “sahabatku” tapi sepertinya mereka tidak pernah mengerti dengan apa yang telah terjadi dihidupku..
Percuma rasanya aku bercerita, sia-sia rasanya aku mengeluh dan tak ada yang dapat mereka dapat katakan kecuali “sabar” dan “terserah padamu mes”.. hanya itu? Anak tk pun menurutku dapat juga mengatakan yang hal itu. Yah sudahlah, tidak pula dapat aku menyalahkan mereka dalam keadaan seperti ini. Karna apa? Karena mereka memang tidak pernah berada diposisiku sekarang ini bukan? Ya, tentu. Karna menurutku diantara kami ber-8 hanya aku yang terlalu rumit dalam menjalani kisah cinta yang bahkan menurutku tidak akan ada ujung ceritanya. Padahal Kau tau tuhan.. ini adalah awal aku menjalani nya. Memang, Kau akan pasti tahu semua tentangku...
bunda... anakmu yang 16 tahun lalu engkau lahirkan ternyata sudah beranjak dewasa bunda. Kau mungkin tidak akan pernah tahu perasaanku saat ini, karna sejak kecil aku sudah memulai membatasi diri terhadapmu, membatasi semua yang kau tahu akan kegiatan-kegiatan yang kulakukan selama ini, bahkan banyak kebohongan saat kau selalu bertanya “bagaimana harimu nak?” jawaban yang singkat “baik-baik saja kok bunda..” yang kuberikan kadang kepadamu. Aku berfikir tidak ingin menambah bebanmu lagi bunda itulah tekadku, terlebih bila kau tahu apa yang sedang dialami anakmu sekarang ini bunda.. bila kau tahu, aku yakin siapapun ibu yang tahu anaknya mengalami kesulitan pasti akan sedih, terlebih melihat masalahku ini, aku yakin bahwa kau akan menangis.. itulah yang tidak ingin kulihat selama hidupku, tidak ingin melihatmu menangis terlebih didepanku apalagi karenaku bunda.....
ayah... kau tahu bukan? Anak yang dulu selalu kau manjakan ini sekarang ternyata telah dewasa yah.. bagaimana tidak, ah sudahlah tak usah dibahas. Karena semua orang juga tahu itu kenapa. Ayah, aku ingin sekali mengadu padamu, seperti dulu saat aku terjatuh dari sepeda.. aku menangis dan mencari perutmu, bukan pundakmu untuk menangis karna kau tahu dulu bahkan tinggiku tidak melebihi dadamu ayah.. kali ini aku memang terjatuh lagi ayah, tapi bedanya bukan lagi dari sepeda.. aku terjatuh pada hati seseorang. Ayah kau tahu tidak? Aku terperangkap didalamnya ayah, gelap, ayah tahu bukan aku tidak menyukai kegelapan itu.. aku ingin menangis bahkan berteriak ayah, aku telah berusaha mencarimu, selalu.. tapi aku tersesat disana ayah. Aku tidak bisa menemukanmu.. tidak bisaa..
tuhan, ibu, dan ayah...
kalian tahu? Sayangnya aku tidak terperangkap sendirian disana, tapi bersama seseorang yang telah terjatuh terlebih dahulu dibandingkan aku.. itulah yang menyebabkan aku terluka, sangat sangat terluka. Bagaimana tidak? Awalnya aku berharap hanya akulah yang akan memiliki ruangan itu, tempat itu adalah aku yang menguasai.. tapi ternyata tidak. Yang terlebih pedih lagi, aku mengenal sosok itu, seorang wanita tuhan.. seorang wanita bun.. seorang wanita yah.. dia adalah teman ku sendiri. Memang tidak terlalu dekat, tapi aku teramat tidak menyangka bahwa dunia ini sangatlah sempit. Mengapa harus bersamanya? Dan mengapa harus dia yang terlebih dahulu terjatuh? Tuhan aku sakit, bunda tolong aku, ayah bantu anakmu ini...
tidak terbesit sama sekali diotakku akan menguasai tempat itu sendirian dan mencampakan sesosok wanita itu.. tidak pernah, dan tidak akan pernah. Namun wanita itulah yang tiba-tiba menghilang. Awalnya aku takut berada ditempat itu sendirian, takut. Maka dari itu aku memilih untuk memojok dan berdiam diri diruangan itu. Sebenarnya tempat itu tidak ada ujung, apalagi pojokan, itu hanya ada dalam fikiran ku. Anggap saja ada. Ya ada.
Lama, tapi tidak terlalu lama memang, sipemilik ruangan itu datang memanggilku dan memberikan sebuah cahaya keindahan didalam ruangan yang sempat kubenci itu. Indah sangat indah tuhan, bunda, ayah.. indah sekali. Sekali itu aku melihat cahaya yang menentramkan dan memberikan keindahan dihidupku.. dulu, dulu aku ragu menerima cahaya itu, karna aku takut cahaya itu akan pergi lagi dan membiarkanku dalam kesendirian lagi. Tapi dia menjanjikan cahaya itu akan selalu bersamaku. Aku menerimanya, karna aku membutuhkannya. Itulah yang kupikirkan.
Dugaanku benar, tidak lama, tapi sedikit agak lama. cahaya itu mulai hilang kembali.. perlahan tapi pasti. Aku yakin. Karna ketakutan ku itu, aku membuat suatu kesalahan, kesalahan yang saat itu ku pikir benar. Aku meggoreskan sebuah luka diruangan itu, sehingga membuat sipemilik ruangan marah dan menghilang bersama cahaya yang telah menemaniku beberapa bulan itu, cahaya indah itu menghilang tuhan, bunda, ayah... menghilang.
Aku berdiri lama dan sangat lama diruangan itu. Aku ingin beranjak tapi aku takut.. gelap, gelap sekali. Aku ingin keluar tuhan, bunda tolong aku, ayah bantulah anakmu... aku berharap ada suatu keajaiban dimana goresan itu bisa menghilang dan sipemilik ruangan datang kembali bersama dengan cahaya indah itu.. itu yang saat ini aku harapkan..
Berbulan-bulan lamanya, aku melupakan sesuatu.. bukan, tapi seseorang.. dia dulu bersama ku disini, dia yang terlebih dulu terjatu didalam tempat ini. Bagaimana dia bisa menghilang dan keluar dari tempat ini? Bagaimana? Kenapa dia bisa? Akupun yakin aku dapat keluar dari sini seperti dia.. hanya waktu yang dapat menjawab semua itu menurutku, sama seperti waktu itu aku masuk dan wanita itu menghillang. Aku yakin dapat keluar bila datang seseorang yang terjatuh lagi disini.
Aku menunggu saat itu.. amat teramat menunggu.. namun tidak ada yang datang..
Tapi aku yakin akan ada yang datang menggantikanku disini. Dan juga akan ada cahaya indah baru yang menjemputku.. aku yakini itu!:)


Berlanjut...... 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com