Sabtu, 14 September 2013

Untuk Kau "Ayah"

Ayah..
Ingatkah kau dulu? Kau yang dulu adalah orang yang selalu menyayangi dan melindungi ku.. aku begitu ingat semua kejadia yang kulalui bersamamu. Betapa tidak, kau dulu adalah orang yang sangat teramat kusayangi dan kuhargai.
Aku ingat, dulu.. kau selalu ada disisiku saat kubutuh. Kau bahkan rela menampar anakmu sendiri yang kusebut “abangku” karena dia telah membuatku menangis, padahal dulu aku hanya berpura-pura menangis. Padahal dulu itu dia tidak sama sekali menyakitiku.. dia juga menyayangiku sama seperti kau, tetapi dia selalu memperlihatkan kasih sayangnya dengan selalu mempermainkanku. Karena aku lelah dulu.. makanya aku menangis ayah.
Aku juga ingat.. dulu.. diantara kita sama sekali tidak ada rahasia. Aku selalu mennceritakan masalahku kepadamu, juga hari-hariku. Dulu.. bahkan bunda saja juga tidak tahu beberapa rahasia yang kita miliki. Aku membatasi diri kepada bunda, karena kupikir bunda juga lelah menghadapi 3 anaknya yang lain. Makanya aku jarang menceritakan segala hal kepada bunda..
Aku juga ingat, dulu.. ayah juga sering mengantar jemputku disekolah, setiap hari malah. Aku selalu kau gendong setiap pulangnya. Walau itu hanya berlangsung sampai aku sd, tidak saat smp. Lalu kau ingat juga tidak? Setiap pulang kerja, setiap malam.. baru diambang pintu.. kau langsung memanggil namaku ayah selalu. Apalagi saat kau berpergian jauh dan tidak pulang selama beberapa hari. Kau rindu aku, aku pun juga rindu kau. Aku ingat, saat kau memanggil namaku, aku selalu berlari menghampirimu dan kau mengembangkan kedua tangan mu untuk menangkapku, lalu kau menggendongku, kadang memperlihatkan sesuatu yang kau bawa dari luar. Kau tidak pernah melupakanku. Bahkan seseorang yang kusebut “kakakku” merasa iri kepadaku, karena ayah hanya mengingat ku dan tidak mempedulikannya. Berulang kali ayah menjelaskannya kepada kakak, agar dia mengerti. Tapi aku tidak tau, apa yang telah dijelaskan ayah.
Aku ingat, dulu.. waktu aku telah beranjak remaja, saat aku memasuki smp, ayah masih tetap menyayangiku. Walau saat itu telah ada sedikit jarak diantara kita. Tapi ayah tetap meluangkan waktunya demi aku. Selalu. Terlebih saat aku ada masalah. Padahal aku tau, saat itu ayah sedang sibuk-sibuknya. Tapi aku selalu menganggunya. Aku juga bangga saat pembagian rafor. Kenapa? Bukan karena aku selalu mendapat juara, bukan. Tapi karena ayah lah yang selalu datang mengambilnya. Selalu diluangkannya waktu, padahal dia tau, aku tidak akan pernah membuatnya bangga dengan nilaiku yang standar. Kenapa aku bangga? Karna aku melihat teman-temanku yang mengambilkan rafornya adalah ibu.. tapi tidak dengan aku. Ayahlah yang selalu mengambilnya. Dirumah pun, kadang ayah mengada-ada cerita tentang nilaiku kepada ibu. Dia membuat seola-olah aku ini membanggakan. Ya, itulah ayah. Aku selalu menyayanginya dan akan terus menghormatinya.
Tapi saat itu tiba.. saat dimana semuanya berubah. Saat adikku lahir. Semuanya berubah. Tidak seperti dulu.. lagi. Ayah lebih memperhatikan adikku itu. Sangat menyayanginya. Aku iri, aku tidak ingin semua berubah. Dia “adikku” mengambil posisiku itu. Aku tidak rela. Tapi... ayahlah yang berubah. Semakin jauh jarak diantara kita. Ayah semakin jarang memperhatikanku. Berkomunikasipun jarang. Seadanya. Sampai suatu saat.. saat aku dimarahinya.. dihardiknya.. diacuhkannya.. sebenarnya aku telah biasa dengan sikap itu karena bunda. Tapi ini... ayah...
Aku tidak biasa diperlakukan seperti itu oleh ayah, sungguh.. aku tidak bisa.. saat itu aku menangis. Seolah-olah ayah melakukan kekerasan terhadapku. Bahkan kakakku sendiri saja mengatakan aku terlalu berlebihan sampai menangis. Kadang aku berfikir, kenapa bunda melakukan hal yang sama seperti ayah aku tidak menangis? Tapi saat ayah melakukannya aku menangis.. kenapa? Saat itu aku benar-benar melihat perubahan ayah. Ayahku yang dulu... telah berubah. Apa karena adikku?
Dan tibalah saat itu.. saat dimana aku tidak lagi melihat ayahku yang dulu.. saat pembagian rafor. Aku ingat, dulu tanpa aku minta, ayah yang datang kesekolah menjemput raforku. Tapi saat itu aku memohon untuk ayah datang.. dan ayah tidak ada waktu. Bunda pun saat itu juga sama tidak ada waktu. Aku muak, dan aku tidak peduli. 2 kali penerimaan raforku yang terakhir bukanlah orangtuaku yang menjemutnya. Yang perrtama adalah adik mamaku. Dan yang kedua adalah abangku.
Jujur aku tidak sanggup, tapi kakakku mengatakan sesuatu hal kepadaku. Sesuatu hal yang membuatku dapat mencoba untuk memulai semuanya tanpa kasih sayang ayah lagi. Semua orang memang akan berubah. Begitu juga aku dan.. ayah. Hidup ini memang keras. Dan ini adalah saat yang baru dinamakan kehidupan dalam hidupku selama ini. Tanpa kasih sayang ayah, hidupku tidak akan berhenti sampai disini. Akan kubuat ayah memandang ku lagi, tapi tidak seperti dulu.. tidak seperti anak yang dalam gendongannya dulu.. ayah akan melihat anaknya yang tersenyum bahagia mencapai kesuksesan untuk membahagiakan ayah dan bundanya.. aku berjanji ayah.

 :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com